Jogja (Harjo)-Kondisi perumahan yang padat, medan yang terjal dan curam menjadi kendala dalam penataan kawasan publik di pinggir Sungai Winongo.
Ketua Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA) Noorhadi Raharjo menjelaskan pihaknya telah memiliki grand design untuk menata kawasan bantaran Sungai Winongo menjadi kawan publik. Namun dia mengaku upaya pembangunan ruang publik di kawasan bantaran Sungai Winongo tersebut sering mengalami kendala karena kesulitan asksesibilitas.
"Kemudian sudah memiliki grand design pengembangan Winongo. Misalnya dimana digunakan untuk edukasi, rekreasi, olahraga dan lain-lain. Namun, ada kendala dalam keterbatasan aksesibilitas jalan menuju titik pengembangan yang ditetapkan,"katanya saat ditemui di Badran, akhir pekan lalui.
Menurutnya untuk mengembangkan kawasan bantaran Winingo membutuhkan anggaran yang lebih besar dibandingkan dengan penataan kawasan lain yang memiliki kemudahan aksesibilitas. Salah satu kesulitan aksesibilitas yang dimaksud Noorhadi ialah sebagian besar jalan masuk ke wilayah bantaran sungai adalah jalan setapak. Dengan bentuk kesulitan tersebut, secara pendanaan relatif akan mengalami kenaikan. "Dengan kesulitan yang kami miliki maka bisa jadi biaya yang kami butuhkan bisa naik hingga empat kali lipat bila dibanding biaya pembangunan di wilayah yang memiliki aksesibilitas baik, karena untuk mengangkut material bangunan tidak bisa dilakukan dengan menggunakan kendaraan (truk) melainkan dnegan cara manual,"imbuhnya.
Sesuai pembagian yang dilakukan pada 2010, Sungai Winongo dibagi dalam delapan titik ungkit. Untuk pengembangan kawasan tersebut pemerintah juga telah memberikan bantuan. Menurutnya, bantuan yang dilakukan oleh pemerintah disesuiakan dengan potensi dan karakter pinggiran sungai. Menurutnya wilayah yang memiliki tebing terjal hanya boleh dikembangkan untuk kepentingan olahraga atau wisata, "Harapannya kami tahun depan seluruh titik ungkit sudah dapat dilakukan pengembangan,"katanya.
Noorhadi menambahkan, untuk mengukur keberhasilan pengembangan kawasan pinggiran kali tersebut perlu disertakan peranan masyarakat sekitar.
Terpisah, Kepala Bidang Perencanaan Program Bapedda Kota Jogja Wasesa menjelaskan pada 2012 pihaknya hanya menekankan pembangunan tiga buah pasar tradisional. Sementara untuk pembangunan ruang publik, dijelaskan Wasesa akan dilakukan secara bertahap. Sementara untuk ruang publik akan dilakukan optimalisasi,"imbuhnya.
Terkait dengan pendanaan pembangunan infrastruktur, Ketua Komisi C Zuhrif Hudaya menjelaskan pada 2012 DPRD mengusulkan anggaran khusus untuk perbaikan infrastruktur. Menurutnya anggaran tersebut akan difungsikan sebagai penataan infrastruktur. Menurutnya anggaran tersebut akan difungsikan sebagai penataan infrastruktur perkampungkan. "untuk tahun 2012 nanti kami sudah ajukan anggaran khusus untuk pembangunan infrastruktur perkampungan,"jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar