YOGYA - Tidak lama lagi masyarakat yang melintas di Jembatan Serangan akan menemukan pemandangan baru di sisi selatan. Kawasan pinggir Sungai Winongo tepatnya di penggal Wirobrajan dan Notoprajan (Wiranata) itu akan dikembangkan menjadi wisata air. Peluncuran akan dilaksanakan sekitar pertengahan Maret ini.
Wisata pinggir sungai yang baru pertama kali di Yogya ini diharapkan menjadi ikon baru Kota Yogya. Selain Pasar klithikan masyarakat bisa menikmati wisata air yang dipadu dengan wisata kuliner di kawasan Yoga barat. “Melalui pengembangan wisata ini pula kami ingin mengubah mind set masyarakat tentang kawasan sungai yang semua dianggap kumuh ternyata bisa diberdayakan,” kata Camat Ngampilan Darajat bersama arsitek pembangunan kawasan Winongo Casnugi kepada KR, Senin (7/3).
Pembangunan wisata Winongo hampir mencapai 100 persen. Di kanan kiri sungai sepanjangn 100 meter saat ini telah berdiri bangunan untuk wisata kuliner yang bisa menampung sekitar 50 pedagang. Juga ada arena bermain anak-anak. Sementara di tepi sungai sebelah barat terdapat panggung hiburan ‘Sasana Budaya Wiranata Saestu’ seluas 8 x 4,5 meter untuk menampilkan potensi seni masyarakat.
“Harapan kami setiap Minggu bisa digelar berbagai acara seperti lomba lukis, pentas seni dan lain lain, sehingga tempat yang sangat strategis ini punya daya tarik,” ujar Darajat. Tak hanya itu, wisata Winongo dilengkapi pula dengan flying fox yang melintas di atas sungai sepanjang 55 meter. Untuk pengoperasiannya warga akan bekerja sama dengan Mapala agar keamanannya terjamin.
Wisata Winongo nantinya akan dikelola masyarakat sekitar yang tergabung dalam Wiranata. Selain menata kawasan pinggir sungai, pengembangan wisata air diharapkan dapat mengangkat perekonomian masyarakat sekitar.
Wisata sungai ini dibangun atas inisiatif warga Kecamatan Ngampilan dan Wirobrajan yang tergabung dalam Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA). Sebelumnya FKWA berhasil memenangkan lomba konsep desain perencanaan kawasan pinggir sungai dan mendapat bantuan dana dari Bappeda Kota Yogya sebesar Rp 300 juta. Dana tersebut selanjutnya dimanfaatkan untuk pengembangan dan penataan Winongo.
Seluruh pengerjaan bangunan dilaksanakan oleh masyarakat sekitar dengan sistem padat karya. “Pengerjaan dilaksanakan sejak Desember lalu dan sekarang tinggal finishing,” kata Casnugi. (Ast)-c
sumber: kr.co.id
Wisata pinggir sungai yang baru pertama kali di Yogya ini diharapkan menjadi ikon baru Kota Yogya. Selain Pasar klithikan masyarakat bisa menikmati wisata air yang dipadu dengan wisata kuliner di kawasan Yoga barat. “Melalui pengembangan wisata ini pula kami ingin mengubah mind set masyarakat tentang kawasan sungai yang semua dianggap kumuh ternyata bisa diberdayakan,” kata Camat Ngampilan Darajat bersama arsitek pembangunan kawasan Winongo Casnugi kepada KR, Senin (7/3).
Pembangunan wisata Winongo hampir mencapai 100 persen. Di kanan kiri sungai sepanjangn 100 meter saat ini telah berdiri bangunan untuk wisata kuliner yang bisa menampung sekitar 50 pedagang. Juga ada arena bermain anak-anak. Sementara di tepi sungai sebelah barat terdapat panggung hiburan ‘Sasana Budaya Wiranata Saestu’ seluas 8 x 4,5 meter untuk menampilkan potensi seni masyarakat.
“Harapan kami setiap Minggu bisa digelar berbagai acara seperti lomba lukis, pentas seni dan lain lain, sehingga tempat yang sangat strategis ini punya daya tarik,” ujar Darajat. Tak hanya itu, wisata Winongo dilengkapi pula dengan flying fox yang melintas di atas sungai sepanjang 55 meter. Untuk pengoperasiannya warga akan bekerja sama dengan Mapala agar keamanannya terjamin.
Wisata Winongo nantinya akan dikelola masyarakat sekitar yang tergabung dalam Wiranata. Selain menata kawasan pinggir sungai, pengembangan wisata air diharapkan dapat mengangkat perekonomian masyarakat sekitar.
Wisata sungai ini dibangun atas inisiatif warga Kecamatan Ngampilan dan Wirobrajan yang tergabung dalam Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA). Sebelumnya FKWA berhasil memenangkan lomba konsep desain perencanaan kawasan pinggir sungai dan mendapat bantuan dana dari Bappeda Kota Yogya sebesar Rp 300 juta. Dana tersebut selanjutnya dimanfaatkan untuk pengembangan dan penataan Winongo.
Seluruh pengerjaan bangunan dilaksanakan oleh masyarakat sekitar dengan sistem padat karya. “Pengerjaan dilaksanakan sejak Desember lalu dan sekarang tinggal finishing,” kata Casnugi. (Ast)-c
sumber: kr.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar