Selamat Datang di web Titik 7.Tandjung Pandu Wijayan.FKWA ( Forum Komunikasi Winongo Asri )

Minggu, 08 Januari 2012

Complete Control to Open Up Economic Minded and to Get Away from Sadly of Ruins


LATAR BELAKANG

Untuk tugas Peras kali ini saya mendapat site di kawasan Badran-Tompeyan. Keadaan existing di daerah ini yang dilihat dari kacamata saya : mengenai masalah pemukiman yang saya kira kurang layak untuk di tinggali, berkeluarga, bahkan untuk hidup. Kawasan ini tidak kumuh pada keseluruhannya, karena masih terdapat ruang-ruang terbuka antar rumah, kepadatan sampah yang terlihat di sepanjang Sungai Winongo masih belum dapat di kategorikan mengganggu yang berdampak besar kepada kesehatan masyarakat sekitar, di karenakan fungsi sungai ini tidak untuk hidup sepenuhnya, segelintir masyarakat yang bergantung pada sungai ini secara langsung, sebagian lagi lebih mengandalkan air yang di peroleh melalui sumur, untuk saat ini tidak, tetapi untuk 20-30 tahun kemudian???? Siapa tahu…
Di site ini pula terdapat beberapa permasalahan urban yang mau tidak mau kita sebagai arsitek harus peka terhadap permasalahan-permasalahan yang ada dan dapat mempengaruhi pembentukan wilayah sepenuhnya. Beberapa masalah yang ada antara lain ; kemiskinan, terdapatnya GAP yang sangat kentara antar wilayah pinggiran site dengan wilayah yang terdapat di “center of the Badran and Tompeyan”, di karenakan perkembangan perekonomian yang kurang merata, “mungkin” juga pola pikir yang berbeda, pemasalahan lain yang ada di wilayah ini pemanfaatan asset ataupun lahan yang kurang maksimal, serta pandangan miring tentang wilayah ini, hal-hal tersebut saya anggap penting karena untuk dapat tetap eksis di masa mendatang perkembangan pola pikir menjadi tolak ukur dalam pembentukan masyarakat agar dapat bersaing di kemudian hari.
PROBLEM STEATMENT
Problem kawasan yang akan saya angkat dan saya anggap penting untuk di bahas adalah peningkatan taraf hidup dengan meningkatkan pendapatan masyarakat, sehingga dapat mengikis GAP yang ada, dan di sertai peningkatan mutu hidup ini semua dapat di tempuh dengan jalan selain memperbaiki infrastruktur public yang sudah ada juga melengkapi, sehingga semua pondasi untuk menciptakan sebuah masyarakat yang berkembang sesuai dan seimbang dengan jaman dapat berjalan beriringan. Hal ini saya rumuskan bedasar apa yang saya lihat saat ini, dimana blok perekonomian hanya dominan di sebuah sudut dari kawasan, alangkah bijak jika perekonomian tumbuh merata dan pertumbuhan ini di awali dari masyarakat setempat, bukan dari para “investor” asing.
Skenario
Untuk saat ini hal-hal eksisting yang saya lihat dapat menjadi titik awal perkembangan masyarakat selanjutnya. Dimana masyarakat masih berusaha untuk memperoleh sesuap nasi, dan membutuhkan “surga” yang nyaman untuk berteduh yang “seadanya”. Adanya kesenjangan sosial yang berdampak pada lingkungan dan hunian. Proyek ini saya proyeksikan perkembangan yang akan tumbuh dalam 50 th mendatang, tarjadi perkembangan disana-sini, open space akan berkurang oleh kebutuhan ruang masyarakat ataupun pendatang, untuk daerah bantaranpun akan semakin terkikis beralih fungsi sebagai hunian, sehingga kepadatan penduduk akan di barengi oleh kepadatan bangunan, dan keadaan Sungai Winongo pun akan semakin menderita.
2025
Skenario yang saya rancang disini perkembangan wilayah akan terbagi menjadi 3 tahap dan kesemuanya di awali dari masjid, tahap pertama 15 th, di tahap ini majid yang menjadi awal dari perkembangan sudah terbentuk, bahkan di harapkan menjadi icon wilayah yang dapat mempengaruhi sekitarnya, hal ini di tambah oleh revitalisasi kawasan sekitar masjid dengan penambahan juga penegasan jalan yang berada di tengah-tengah masyarakat dengan memanfaatkan open space yang di anggap tidak berguna ( seperti space antar bangunan, jalan tikus, dsb ) dan pengolahan bantaran sungai dengan penambahan ruang hijau, juga pemberian batas yang jelas dengan wilayah pemukiman, hal ini bertujuan untuk pembentukan wilayah yang hijau.
2035
Pada tahap 10 th kedua beberapa aspek pembangunan kota yang menggiatkan pergerakan perekonomian tampak pada perkembangan di daerah jalan tambahan ( yang saya sebut street of sober yang memiliki arti jalan yang akan menjadikan masyarakat sadar akan sesuatu yang di anggap penting sehingga tau apa yang harus dilakukan untuk terusmaju dengan memanfaatkan apa yang ada semaksimal mungkin ), selain jalan ini semakin luas jangkauannya juga tumbuhnya kegiatan perekonomian di sepanjang jalan ini yang bedampak tumbuhnya mixed housing ( ruko ). Juga munculnya pengolahan pada tiap open space yang ada dan di jadikan sebuah public space yang memiliki fungsi ekonomi di dalamnya.
2060
Pada tahap 25 th ketiga sekaligus tahap terakhir ini segala kemungkinan akan terjadi dan memiliki dampak yang luas, hunian significant tumbuh layaknya apartment, tumbuh ke atas dengan beragam variannya.masjidpun berkembang, dampaknya menuntut pemisahan fungsi, sehingga di butuhkan bangunan ataupun ruang baru untuk memadahinya. Open space akan semakin di perhatikan, sehingga pertumbuhan public space yang memanfaatkan lahan ini sulit di duga, dampaknya pada lingkungan area hijau akan lebih luas dari sebelumnya. Sedangkan street of sober akan dapat menjadi daerah pedestrian yang dapat mengundang orang luar untuk masuk ke dalamnya baik sebagai pengunjung ataupun investor
KONSEP
Beberapa hal yang ingin saya kembangkan dan menjadi
Breakthough arsitektur dengan menggunakan pendekatan hati nurani, dengan sedikit mengalami penggusuran dalam menciptakan sesuatu yang megah, iconic. Beberapa hal yang saya ciptakan di wilaya ini yaitu ;
Street of sober yang memiliki banyak misi di dalamnya.
Pengolahan bantaran sungai Winongo.
Masjid yang memiliki fungsi selain untuk ibadah juga sebagai tempat pembekalan anak-anak akan agama dan pendidikan.
Tumbuhnya pemanfaatan open space sebagai public space yang dapat berfungsi sebagai taman ataupun street market.
Masjid
Apa yang kita dapat lihah sekarang mengenai fungsi dan pola bentuk dari masjid, saya ingin mengaplikasikan masjid sebagai sebuah sarana umum yang memiliki fungsi dasar yang sangat penting bagi perkembangan masyarakat setempat. Menilik dari bentukannya, masjid disini saya ingin masjid yang kecil secara luasan dapat terasa luas bahkan mencakup seluruh kawasan, hingga muncul sebuah steatment majid- kawasan, masjid –jalan, jalan-masjid. Dengan kata lain saya ingin menginterpretasi sarana public yang terintegrasi menjadi kawasan masjid, maka dari itu adanya jalan di daerah tompeyan yang menjadi awal pengaplikasian masjid ini, maksud dari bentukan ini tidak lain agar masjid menjadi elemen penting dalam segala kegiata masyarakatn dan di harapkan hal ini dapat berkembang menjadi sesuatu yang patut di jaga.
Perkembangan masjid selanjutnya
Pada perkembangan selanjutnya masjid akan mengalami pemisahan fungsi, antara pendidikan dan ibadah, bahkan dapat terjadi perluasan fungsi, misal bertambah menjadi perpustakaan yang fungsi-fungsi pendidikan tersebut terpusat pada satu bangunan baru yang notabene masih menjadi satu-kesatuan dengan masjid, yang terhubung dengan jalan yang saya sebut street of sober
Bentukan bangunan baru yang berfungsi sebagai sentra pendidikan, memiliki bentukan yang fleksibel di tiap lantainya, bangunan ini dapat terus berkembang secara vertikal sesuai dengan fungsi yang di butuhkan, mengenai material dapat menggunakan baja yang di tutup dengan ACP sebagai kolom sekaligus shading, dapat pula memanfaatkan material kayu. Sedangkan untuk penutup, menggunakan material kaca.
Bantaran
Pengolahan bantaran sungai di maksimalkan, dan di tambah beberapa fungsi public, selain sebagai open space, bantaran juga di bentuk untuk memadai sebagai area jogging track dan taman.
Banyak keunggulan dari pengolahan bantaran ini, antara lain sebagai bentuk antusiasme dari issue “Go Green” yang marak dewasa ini, juga sebagai revitalisasi wilayah, dan juga berfungsi untuk menjaga kelestarian sungai. Agar di masa mendatang sungai Winongo ini dapat “hidup” dan menjadi area yang menarik untuk di manfaatkan.
Hunian
Mengingat tajamnya tingkat perkembangan masyarakat, hunian yang saya sekenariokan yaitu dari bentukan dasar hunian yang berdampingan, lalu saya tarik ke atas sebagai respond dari meningkatnya kebutuhan akan hunian dan ruang. Juga tidak menutup kemungkinan di tiap lantainya akan memiliki fungsi-fungsi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan pemilik. Jadi dapat di katakan satu lajur bangunan vertikal ini milik satu keluarga yang tergabung menjadi satu bangunan utuh yang terdiri dari beberapa rumah vertikal dan di hubungkan dengan selasar.
Bentukan bangunan hunian dapat beragam sesui dengan perkembangan masyarakat disana, dan juga di pengaruhi oleh pola pikir yang telah berkembang pula.
Hingga dapat dikatakan bentukan seperti ini dapat mengurangi jumlah bangunan eksisting yang terkena gusuran, dan di pindah ke dalam sebuah rusun.
Hunian yang akan datang dapat lebih ramah pada lingkungan, selain tipe beberapa bangunan yang tergabung oleh selasar, model lain hunian dapat berupa beberapa bangunan yang element penghubungnya menggunakan material-material ringan yang dapat berfungsi sebagai taman kecil atau ruang yang dapat di gunakan untuk memperluas area hijau.
Model ini dapat terus berkembang menjadi modul-modul kecil yang tergabung, hingga pada akhirnya akan tampak menjadi sebuah “ruang hijau yang bertingkat”.
Public Space
Public space yang saat ini minim kita temui di wilayah Badran-Tompeyan, dengan sebuah model yang saya rencanakan ini mungkin intensitasnya akan lebih berkembang lagin dengan memanfaatkan ruang-ruang kosong yang kerap menjadi space yang “terbuang” disini saya menciptakan sebuah public space yang berupa street market, dengan kita hanya melakukan penambahan pohon dan pergola yang dapat dimanfaatkan sebagai area lapak untuk berdagang.
Secara tidak langsung metode ini akan mewajibkan masyarakat untuk menjaga area hijau.
Model ini pun dapat di aplikasikan di manapun ada lahan kosong yang tidak memiliki fungsi penuh.
Hingga di wilayah ini perkembangan ekonomi akan significan maju dengan di ikuti arus semangan masyarakatnya dalam memperbaiki dan memaksimalkan kemampuannya.
Street of Sober
Jalan “baru” yang terbentuk dari pemanfaatan ruang-ruang kosong terpinggirkan atau yang kurang di perhatikan, seperti space yang terdapat di antara bangunan yang berawal dari masjid hingga membentuk sebuah pola tertentu, saya proyeksikan menjadi awal dari segala perkembangan yang ada, baik itu perkembangan pengaruh dari masjid, hingga tumbuh perekonomian di antaranya, timbulnya mixed housing, street market, hingga pola hunian yang mengharamkan penggusuran, adakalanya SOS ini menjadi reaksi dari masyarakat untuk menentang pola-pola penggusuran, karena mereka memiliki hal untuk berkembang, bukan melalui paksaan, tetapi kesadaran akan hidup yang lebih bermutu dengan jerih payah dan keringat sendiri.
Street of Sober ( SOS ) = Jalan yang di bentuk secara sadar, bertujuan untuk “membangunkan” kegiatan masyarakat, yang sadar dimana dan apa yang harus mereka lakukan.
Nb : Sejatinya jalan ini hanyalah infrastuktur, bukan sebuah peraturan yang mengharuskan masyarakat wake up.
Mixed Houses
Perubahan fungsi dan bentuk yang terjadi di sepanjang SOS, bangunan yang awalnya hanya berfungsi sebagai hunian akan berkembang menjadi ruko-ruko, bahkan bentukan ini akan terus berkembang dengan perluasan dengan bergabung ataupun menjadi satu kesatuan dengan bangunan di sekitarnya yang menjadi satu hak milik.
Perkembangan ini lebih memiliki sasaran untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.
Akan tumbuh warung, yang akan bermetamorfosa manjadi café, area peristirahatan, dan area kuliner, area berlibur, dengan dukungan dari area yang minim polusi, rindang, dan konsep yang menjadikannya pedestrian live.

Masjid.. September 10, 2009

Posted by 05512004 in : Uncategorized , add a comment
Berbicara mengenai masjid, sedikit banyak akan berkaitan dengan sejarah berkembangnya agama islam masyarakat dunia.
Di awal perkembangannya masjid yang pertama kali di bangun oleh nabi Muhammad hanya berukuran 60×70 hasta dengan bentukan sederhana dan dinding bebatuan gurun dan kolom yang terbuat dari batang pohon kurma, sebagian beratap pelepah kurma, sebagian di biarkan terbuka. masjid awal ini dibangun oleh nabi saat beliau akan hijrah dari mekkah ke madinnah, dan di bangun di atas pelataran bekas kebun kurma.
Adapun pengaruh masyarakat pada waktu itu, masjidpun di rancang agar dapat memenuhi kebutuhan “pada zamannya”.
Karakteristik dasar wadah masyarakat ( masjid ) :
- Bangunan masjid sebagai fasilitas multifungsi
- Terdiri dari pelataran dengan selasar beratap
- Skema ruang yang simple ( kotak )
- Orientasi ke dalam dengan Countyard
Pekembangan ( bentukan ) masjid sejalan dengan pekembangan Islam di dunia. Bentukan masjid yang monumental memiliki tujuan untuk menggerakkan, bahkan menunjukkan sesuatu yang agung.
Perkembangan bentukan masjid:
- Ummayyah ( abad 8 - 9 ) : - Dome
- Mihrab
- Minaret
- Court
- Andalusia ( abad 9 - 13 ) : - Aquakultura
- Landscape
- Persia ( abad 13 - 18 ) : - Iwan = Bentuk lengkungan pada bagian pintu masuk masjid
- Sahn = Court
- Maydan = Ruang tebuka pada dalam bangunan
- Riwap = Selasar penghubung
- Makam
- Ottoman ( abad 13 - 20 ) : - Bentukan kubah
- Minaret
Pengaruh Pekembangan Islam terhadap bentukan masjid :
- Banyaknya area masjid yang dihiasi dengan adanya kolam-kolam dan permainan-permaian air, hal ini di pengaruhi oleh masyarakat arab ( Umayyah ) saat mereka hijrah dan menyebarkan islam di Spanyol.
Hal ini yang sampai pada saat ini terus digunakan, contoh kongkret adalah Aquakultura Alhambra ( Cordoba ).
- Pada masa Andalusia di Cordoba, Islam bekembang dengan menyebar luaskan Seni Tauhid, dimana Seni Tauhid ini mengacu pada beberapa aspek yang dapat berpengaruh terhadap Seni Arsitektur masjid.
Antara lain : - Abstraksi
- Transfigurasi bahan dan bentuk
- Pengulangan
- Dinamis
- Unit / Modulus
- Suksesif = Gabungan dari modul - modul kecil
- Masjid lekat hubungannya dengan peradaban dan masyarakat sekitar, contohnya : - Masjid Hagia Sofia, katedral terbesar di dunia yang dibangun pada tahun 500 M yang dinamakan Katedral Saint Sofia.
- Quwwat al Islam, dibangun di atas Rai Phitora, sebuah kuil hindu, India.
- Mughal, salah satu bentukan arsitektur islam yang terkenal di India, karena dipengaruhi kebudayaan Hindu yang lebih dulu menempati India.
- Taj Mahal, memanfaatkan view.
- Masjid Aceh Baitulrahman adalah masjid yang di desain dan bangun oleh arsitek Belanda.
- Istana Siak & Masjid Sultan Siak, sudah mengadopsi pengaruh arsitektur India.
Mengenai masa yang akan mendatang, masjid ” masih ” sebagai portofolio sebuah kehidupan, dimana saat ini maraknya penghuni dunia menyerukan mengenai pemanasan global. setidaknya dalam beberapa tahun kedepan topik ini masih marak diperbincangkan, hal ini yang berpengaruh pada arsitektur masjid yang berorientasi pada alam.

Dampak Industrial City di Indonesia March 24, 2009

Posted by 05512004 in : Uncategorized , add a comment Ada beberapa aspek yang menjadikan sebuah kota beruba menjadi sebuah kota industri, antara lain :
•    Adanya pengaruh dari pertumbuhan dari faktor agricultural yang significan, karena semakin meningkatnya faktor agricultural semakin meningkatkan minat akan industri pangan.
•    Population pressure, hal ini bersangkutan dengan semakin banyaknya orang yang mengadu nasib ke kota industri dengan maksud dan tujuan kurang lebih untuk meningkatkan taraf hidup. Maka banyaknya orang yang melakukan transmigrasi besar-besaran ke kota industry, sehingga menyebabkan kesenjangan sosial di dalam masyarakat.
•    Juga semakin meingkatnya kebutuhan akan sesuatu yang akan menciptakan sifat mandiri, untuk memproduksi barang buatan dalam negeri, dimana harganya akan lebih terjangkau oleh masyarakat.
Adapun beberapa problem yang menjadikannya kota industry menjadi kumuh adalah, semakin membeludaknya orang yang masuk ke dalam sebuah kota, bari sebagian orang tersebut ada yang dapat bersaing di dalamnya ataupun “kalah” bersaing dengan individu yang lain. Sehingga menjadikan kota tersebut menjadi kumuh, dimana individu yang “kalah” bersaing tersebut tetap tinggal di kota tersebut , tidak kembali ke kota asal, di karenakan biaya untuk kembali yang sudah menjadi arti “biaya untuk bertahan hidup”.
Problematika yang lain adalah tercemarnya lingkungan, dikarenakan banyaknya produksi tidak di imbangi dengan pemeliharaan alam untuk menetralkan limbah yang “dihasilkan”.
Dapat kita lihat kota di Indonesia seperti Surabaya, Jakarta, Cilegon, dll adalah sebagian contoh kecil dari “dampak” sebuah kota industry. Selain kumuh, juga semakin menipisnya open space yang dapat digunakan untuk taman kota, juga semakin menipisnya lahan-lahan pertanian, yang kesemuanya berubah menjadi bangunan-bangunan yang bercerobong asap. Yang sedikit banyak menghasilkan limbah yang mencemarkan lingkungan, menipiskan unsure hara yang ada di dalam lapisan tanah.
Keberadaan Kota Industry di awali dengan Revolusi Industri yang merupakan periode pada akhir 18. Dan awal abad 19. Jika perubahan besar dalam bidang pertanian, manufaktur, produksi, pertambangan, dan transportasi yang telah mendalam terhadap sosial ekonomi dan budaya kondisi di Inggris. The changes subsequently spread throughout Europe, North America, and eventually the world. Perubahan yang kemudian menyebar di seluruh Eropa, Amerika Utara, dan akhirnya dunia. The onset of the Industrial Revolution marked a major turning point in human society; almost every aspect of daily life was eventually influenced in some way. Mulanya dari Revolusi Industri yang ditandai besar pasak manusia dalam masyarakat, hampir setiap aspek kehidupan sehari-hari yang akhirnya dipengaruhi dalam beberapa cara.
Pengaruh inilah yang mempengaruhi perkembangan industry di Indonesia, Surabaya tumbuh sebagai kota industry, Jakarta bahkan lebih memiliki andil untuk semakin menguatkannya statement mengenai kota industry di Indonesia, bahkan di Jakarta, telah di tempatkannya daerah-daerah untuk perindustrialan, sama halnya dengan Surabaya, bahkan di Cilegon sebuah kota kecil yang khusus bergerak untuk perindustrialan.
“Pertumbuahan” ini pun dapat memberikan pengaruh positif bagi Negara ataupun Daerah, dimana Negara akan mendapatkan pendapatan yang berupa pajak dan cukai, baik dari segi Export maupun Import. Sedangkan bagi Daerah, hal ini merupakan pemasukan dari semakin banyaknya individu yang masuk, juga dari investor yang dapat meningkatkan perekonomian daerah, selain dari pendapatan “Home Industri”nya, juga akan berpengaruh pada proses berfikir masyarakatnya, dapat berupa meningkatnya kreativitas ataupun berfikir mengenai “bagaimana caranya untuk terus dapat survive”.
Dari penjelasan di atas, keberadaan Kota Industry di Indonesia memiliki pengaruh yang positif maupun negativ. Tetapi keberadaan ini akan selalu berpengaruh positiv bagi Negara, karena banyaknya investor yang masuk. Juga semakin meningkatnya proses berfikir masyarakatnya.
Referensi http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Industrial_Revolution&ei=OI_ISeXWF9SAkQWUr-3UAg&sa=X&oi=translate&resnum=6&ct=result&prev=/search%3Fq%3Dindustrial%2Bcity%26hl%3Did%26sa%3DG

ghetto March 1, 2009

Posted by 05512004 in : Uncategorized , 4comments Ghetto
Publish by Reza Yachya
Sejarah
Ghetto dapat di artikan “sebuah lingkup atau wilayah yang menjadi bagian dari kota yang dihuni oleh penduduk ataupun etnis minoritas yang di sebabkan oleh beberapa factor antara lain sosial, ataupun tekanan  ekonomi.
Ghetto terbentuk oleh beberapa hal, antara lain:
•    Sebagai tempat berkumpul para minority, para imigaran yang berasal dari pihak minority.
•    Buah dari paksaan pihak mayoritas, yang memaksa para minority untuk berada pada satu wilayah.
•    Kondisi ekonomi yang membuat kaum minority sulit untuk tetap tinggal dalam area non-minority.
Kata Ghetto sendiri memiliki arti yang buruk jika kita hubungkan dengan kehidupan sehari-hari ataupun bermasyarakat. Karena dimana pihak minoritas harus “kalah” dari pihak mayoritas yang berkuasa pada daerah tersebut, sehingga mereka para minoritas harus mengalah dan membentuk senuah perkumpulan, atau distrik kecil yang berisikan dari kaum yang sama. Sama halnya , jika menilik dari segi kemanusiaan, munculnya Ghetto lebih dekat hubungannya dengan rasisme, dimana setiap orang tidak memiliki hak yang sama dalam bermasyarakat.
Ghetto lebih dulu ada di Italy, amerika, afrika, inggris, dan semakan lama semakin menjamur kesegala penjuru Negara yang ada di dunia. Tetapi hal yang paling gampang untuk kita ingat adalah bagaimana ghetto yahudi yang diasingkan oleh Nazi Jerman.
Sedangkan pada saat ini Ghetto “lebih di kenal” sebagai sebuah perkumpulan atau distrik yang berisikan masyarakat dari etnis tertentu. Entah apakah masih ada “doktrin” mengenai rasisme ataupun tidak, yang jelas pada dewasa ini makna dari Ghetto lebih ditujukan pada distrik. Misal pecinan, dimana di wilayah tersebut mayoritas bahkan hampir seluruhnya didiami oleh etnis cina. Mereka memusat pada suatu distrik, tinggal disana, menjalankan usaha disana, sehingga umumnya distrik ini memiliki cirri khas yang berbeda dari wilayah lainnya. Mereka memiliki hak warga Negara yang sama dengan warga yang lain, hanya wilayah mereka yang dikonsentrasikan untuk lebih memusat.
Pada umumnya wilayah yang memiliki mayoritas ini memiliki daya tarik lebih, misalkan dalam segi kebudayaan dan adat, yang tampak pada saat mereka merayakan sesuatu yang dianggap sacral, dan ini dapat dimanfaatkan bagi pemerintah setempat untuk menjadikannya daerah wisata budaya, yang dapat menarik para wisatawan dalam dan luar negeri untuk mengunjunginya.
Jadi keberadaan Ghetto yang pada zaman “awal” terbentuknya dapat dianggap lahir dari proses kekejaman, tetapi pada saat ini keberadaan Ghetto sangatlah bermafaat. Keuntungan dari terbentuknya Ghetto :
•    Bagi masyarakatnya, mereka dapat merasakan kesamaan kultur, sehingga tidak menemui kesulitan dalam berkomunikasi ataupun bermasyarakat. Baik bagi mereka yang lahir di Negara tersebut, ataupun imigran yang baru dating ke wilayah tersebut.
•    Bagi kota, keuntungan memilliki distrik konsentrasi ini adalah dari segi control ataupun pendapatan, jika memungkinkan. Dari segi control dapat kita tilik dari masa penjajahan Kolonial dahulu yang menyediakan distrik bagi masyarakat asli Indonesia, sehingga proses control lebih mudah. Lain dulu lain sekarang, dulu  control yang bersifat monopoli, pada saat ini proses control yang dimaksud lebih pada control pada ragam etnis yang ada, ekonomi, perataan kepadatan, dll.
Pada umumnya jika suatu wilayah kota memiliki ghetto yang beragam etnis, maka disana akan menjadi sebuah warna yang berbeda di banding kota lain yang mencampur adukkan semua etnis yang ada dengan semboyan “persamaan hak”. Memang, tiap kota memiliki kekuasaan dan tujuan, bahkan misi dan visi yang “benar”, tidak salah untuk menyatukan ataupun mengelompokkan etnis-etnis yang minoritas tersebut. Pada umumnya ghetto ini tidak berada pada pinggiran kota, tetapi berada pada pusat kota, gimana pusat kegiatan sehari-hari berlangsung, hal ini bertujuan untuk memudahkan akses ghetto yang ingin beraktifitas.
Jika, sebuah kota memiliki distrik etnis seperti ini, maka secara otomatis kota tersebut akan terlihat seperti blok-blok yang tidak kasat mata. Karena untuk mewujudkan adanya “ruang pembatas” ini maka daerah lain yang bersinggungan langsung dengan ghetto secara tidak langsung akan melakukan hal yang sama, baik dengan membentuk distrik-distrik yang berupa blok, ataupun menyelubungi daerah ghetto. Sedikit banyak dengan keberadaan getto akan berpengaruh pada pola kota, apakah akan di bentuk secara memusat, menyebar, dll. Karena satu hal yang beda umumnya akan menjadi pusat perhatian. Maka dari itu penempatan daerah getto pada suatu kota sangatlah krusial.
sumber : http://rezayachya.students.uii.ac.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar