Sejumlah seniman asal Yogyakarta menggagas sebuah agenda wisata Festival Seni Kasongan sepanjang satu bulan di akhir tahun 2011 dengan konsep memadukan upaya pelestarian lingkungan.
Timbul Raharjo, salah seorang diantara penggagas, mengatakan Festival akan digelar dari 18 Desember 2011-18 Januari 2012. Selain mempromosikan hasil kerajinan, pameran dan pertunjukan seni budaya, festival itu sekaligus upaya untuk mengajak masyarakat menjaga kebersihan sungai. “Festival ini digelar digelar di sepanjang aliran sungai,” kata seniman sekaligus pengajar di Institut Seni Indonesia Yogyakarta itu.
Kasongan adalah sebuah Desa di Kabupaten Bantul yang selama ini dikenal sebagai sentra kerajinan gerabah dan keramik di Yogyakarta. Di wilayah itu mengalir sebuah sungai bernama Bedog. Aktifitas pembuangan limbah dan sampah menjadi ancaman kerusakan ekologis sungai itu. Dengan dijadikan sebagai basis festival diharapkan masyrakat sadar tentang kondisi sungai.
Festival itu sendiri dikemas dengan menyediakan 20an rakit bagi masyrakat untuk menyusuri 3 kilometer aliran sungai. Di sepanjang aliran sungai itu, ditetapkan empat tempat yang menjadi pusat festival yang berupa rumah dan kebun milik sejumlah seniman yang memang berlokasi tepat di tepi sungai.
Bermula dari rumah dan pelataran milik Jokok Pekik di Sembungan, kebun milik Nasirun di Tirto, rumah Timbul di Kasongan dan berakhir di rumah Noor Ibrahim di Kalipucang. "Jadi warga yang naik rakit bisa mampir ke point-point itu," kata Timbul. Baliknya, ke tempat Joko Pekik, "Warga disediakan kereta kelinci."
Rumah Joko Pekik sendiri direncanakan menjadi lokasi pembukaan festival yang akan dibuka oleh sinematografer Garin Nugroho. Di pelataran Joko Pekik yang luas itu, sepanjang satu bulan itu, akan difungsikan sebagai ruang pamer karya seni rupa dan pementasan seni tradisional, semisal jathilan.
Sebanyak 40 perupa kini dilaporkan telah diundang untuk bergabung dalam pameran itu. “Pentas seninya hanya siang, kalau malam listriknya mahal,” kata Joko Pekik, yang juga menggagas festival itu sembari bercanda.
Sementara di tempat Nasirun, yang merupakan sebuah kebun, selain menjadi ruang pamer senirupa, juga akan dimanfaatkan sebagai lokasi workshop kerajinan keramik dan gerabah pada hari Sabtu dan Minggu sepanjang bulan itu. Para peserta workshop bisa langsung mengamati dan belajar langsung cara pembuatan gerabah khas Kasongan. “Kami mencoba mempertemukan langsung dengan pengrajin,” kata Nasirun, menimpali.
Model yang sama juga diterapkan di point-point lain yang menjadi pusat festival. Noor Ibrahim, sendiri berharap, selain menjadi upaya pelestarian lingkungan dan memperkenalkan seni budaya, festival bisa memberikan dampak ekonomi pada masyarakat sekitar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar